Banten, sigap88news – Ditengah riuhnya wacana anggaran dan prioritas pembangunan nasional, kini suara dari kampung menggema. Adalah Ruslan Raya, dikenal sebagai “Mata Sosial’ dari Sukabumi, yang menyuarakan harapan dan desakan agar Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya dilanjutkan, tetapi diperkuat sebagai fondasi masa depan bangsa.

“Saya menulis ini bukan dari ruang ber-AC, bukan dari meja birokrasi yang dingin, tapi dari bau lisung (lesung_red) yang masih hangat,” tulis Ruslan dalam pernyataan terbukanya. diterima wartawan, Selasa (07/10/2025).
“Saya bukan siapa-siapa, hanya anak kampung yang percaya bahwa bangsa besar adalah bangsa yang memberi makan anak-anaknya dengan gizi cukup, kasih tulus, dan martabat yang dijaga,” lanjut pria yang mengaku anak kampung bau lesung itu.

Menurut Ruslan, MBG bukan sekadar program intervensi pangan, melainkan gerakan promotif dan preventif yang menyentuh akar kehidupan masyarakat. Ia menyebut MBG sebagai strategi kesehatan masyarakat yang mampu mencegah stunting, anemia, dan gangguan tumbuh kembang yang selama ini menghantui generasi kampung.
“Dalam bahasa sosiologi, MBG adalah bentuk nyata dari rekonstruksi struktur sosial yang timpang,” tegasnya.
“Anak-anak kampung sering kali menjadi korban ketidakadilan sistemik, terpinggirkan dari akses pangan sehat dan pendidikan bermutu,” ujarnya.
Ruslan mengaku menyaksikan langsung dampak MBG di lapangan. Anak-anak yang dulunya lesu kini tampak ceria. Ibu-ibu kampung mulai tersenyum karena beban dapur berkurang.
“MBG bukan hanya soal nasi dan lauk, tapi soal masa depan, soal sila kedua Pancasila: Kemanusiaan yang adil dan beradab,” terangnya.
Dalam pernyataannya, Ruslan mengusulkan kepada Presiden Prabowo agar MBG tidak hanya dipertahankan, tetapi ditingkatkan kualitas dan jangkauannya. Ia mengingatkan agar politik anggaran tidak memadamkan harapan anak-anak kampung yang baru mulai tumbuh.
“Jangan biarkan sila kelima — Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia — menjadi slogan kosong di depan gedung, sementara anak-anak di pelosok negeri makan nasi tanpa lauk,” tegasnya.
Ruslan juga menekankan bahwa kritik bukanlah bentuk permusuhan, melainkan cermin cinta dari rakyat.
“Saya menulis ini sebagai cermin dari kampung, bukan sebagai cemooh, tapi sebagai cinta. Cinta yang lahir dari rasa peduli dan semangat gotong royong,” ungkapnya.
Ruslan memandang MBG bukan sekadar program, melainkan sebagai gerakan kebangsaan yang bisa melibatkan masyarakat secara aktif. Ia mengusulkan pelibatan petani lokal, pengelolaan dapur umum bersama, dan edukasi gizi sejak dini sebagai bagian dari tata kelola MBG yang lebih inklusif dan transparan.
“Satu piring bergizi bisa mengubah nasib satu generasi,” tuturnya. Kata dia, “anak-anak kampung adalah pewaris negeri, bukan beban anggaran. Mereka adalah cahaya masa depan, bukan angka statistik,
“Mengakhiri pernyataannya, Ruslan Raya menegaskan bahwa bangsa yang besar bukan hanya yang membangun gedung tinggi, tetapi yang memastikan anak-anaknya tumbuh sehat, cerdas, dan bermartabat.
“MBG adalah jalan menuju itu. Dan saya, Ruslan Raya, anak kampung yang masih percaya, akan terus bersuara demi satu piring bergizi untuk masa depan Indonesia,” tutupnya. (AR_red)